Corak kehidupan Masyarakat Masa Praaksara
Dalam mengetahui corak kehidupan zaman Paleolitikum lebih baik. buku Babad Bumi Sadeng Mozaik Historiografi Jember Era Paleolitik oleh Zainollah Ahmad dalam kamu jadikan referensi, dimana pada buku ini menggambarkan asumsi adanya manusia Jember di masa peninggalan Prasejarah tersebut.
a. Kehidupan ekonomi
Kehidupan ekonomi pada masa berburu dan mengumpulkan makanan adalah bergantung pada alam. Mereka akan tetap tinggal di wilayah tersebut selama persediaan bahan makanan masih cukup. Ketika merreka telah kehabisan sumber makanan maka mereka akan berpindah dan mencari tempat lain yang kaya akan makanan. Kehidupan yang selalu berpindah-pindah inilah ciri-ciri manusia praaksara. Hasil perburuan mereka kumpulkan untuk keperluan perpindahan ke tempat lain sebagai cadangan sebelum mereka mendapatkan tempat baru.
b. Kehidupan sosial
Mereka hidup secara berkelompok dan tersusun dalam keluarga-keluarga kecil, dalam satu kelompok ada seorang pemimpin kelompok. Pemimpin kelompok inilah yang dalam perkembangannya disebut sebagai ketua suku. Ketua suku memimpin anggota kelompoknya untuk berpindah tempat dari tempat satu ke tempat lain. Anggota kelompok laki-laki bertugas memburu hewan sedangkan yang perempuan bertugas mengumpulkan makanan dari tumbuh-tumbuhan.
c. Kehidupan budaya
Kehidupan budaya ini dapat dilihat dari karya-karya yang telah berhasil dibuat. Alat-alat pada zaman praaksara memberikan petunjuk bagaimana cara manusia pada zaman itu bertahan hidup.
Karena peralatan manusia zaman praaksara terbuat dari batu maka hasil budaya yang dikembangkan pada zaman itu adalah hasil budaya batu. Tidak heran jika zaman tersebut dikenal dengan zaman batu. Hasil-hasil kebudayaan batu yang pernah ditemukan di antaranya: kapak genggam, kapak perimbas, serpih bilah, dan lain-lain.
2. MASA BERCOCOK TANAM
Dalam memahami lebih dalam mengenai manusia yang hidup di zaman praaksara, Grameds dapat membaca buku berjudul Sapiens Grafis: Kelahiran Umat Manusia oleh Yuval Noah Harari. Bagi mereka, dengan bercocok tanam dirasakan persediaan makanan akan tercukupi sepanjang tahun tanpa harus membuka ladang lagi. Selain bercocok tanam juga mereka mengembangkan hewan ternak untuk dipelihara.
Manusia yang hidup pada masa ini diperkirakan satu masa dengan zaman neolitikum. Secara geografis, pada zaman ini sangat menggantungkan iklim dan cuaca alam. Hal ini sangat dibutuhkan untuk bercocok tanam. Hasil dari panen juga sangat dipengaruhi oleh kondisi tekstur tanah yang digunakan.
a. Kehidupan ekonomi
Secara ekonomi, manusia pada zaman ini telah menghasilkan produksi sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka membabat hutan untuk ditanami dan produk yang mereka hasilkan antara lain umbi-umbian. Selain pertanian, sumber ekonomi mereka adalah dengan beternak (memelihara ayam, kerbau, babi hutan dan lain-lain). Manusia pada masa bercocok tanam ini diperkirakan telah melakukan kegiatan perdagangan sederhana yaitu barter. Barang yang ditukarkan adalah hasil cocok tanam, hasil laut yang dikeringkan dan hasil kerajinan tangan seperti gerabah dan beliung. Hasil umbi-umbian sangat dibutuhkan oleh penduduk pantai dan sebaliknya hasil ikan laut yang dikeringkan dibutuhkan oleh mereka yang tinggal di pedalaman.
b. Kehidupan sosial
Dengan hidup bercocok tanam, memberikan kesempatan manusia untuk menata hidup lebih teratur. Mereka hidup secara berkelompok dan membentuk masyarakat perkampungan kecil. Dalam sebuah kampong terdiri dari beberapa keluarga dan dalam kampong dipimpin oleh ketua suku. Strata social ketua suku adalah palin tinggi karena kriteria yang diambil berdasarkan orang yang paling tua atau yang paling berwibawa secara reigius. Dengan dmeikian semua aturan yang telah ditetapkan harus ditaati dan dijalankan oleh seluruh kelompok tersebut.
Kebutuhan hidup dikelola bersama-sama untuk kepentingan bersama. Kegiatan yang memerlukan tenaga besar sepeprti mebangun rumah, berburu, membuat perahu membabat hutan, diserahkan kepada kaum laki-laki. Sedangkan kegiatan mengumpulkan makanan, menabur benih di ladang, beternak, merawat rumah dan keluarga diserahkan pada kaum perempuan.
Sedangkan ketua suku sebagai komando dari semua kegiatan di atas sekaligus sebagai pusat religi pada kepercayaan yang mereka anut. Dari sinilah muncul strata sosial dalam sebuah komunitas masyarakat kecil. Secara berangsur-angsur namun pasti kelompok ini membentuk sebuah masyarakat yang besar dan kompleks sehingga muncul suatu masyarakat kompleks di bawah kekuasaan yang kelak disebut kerajaan dengan datangnya pengaruh Hindu dan Budha.
c. Kehidupan budaya
Pada masa bercocok tanam, manusia praaksara telah menghasilkan budaya yang mengarah pada usaha bercocok tanam yang syarat dengan kepercayaan. Bentuk alat-alat yang dihasilkan pun lebih halus dan memiliki gaya seni. Selain sebagai alat untuk bercocok tanam, alat-alat ini juga sebagai alat upacara keagamaan. Alat-alat itu antara lain kapak lonjong, gerabah, kapak persegi, perhiasan dan masih banyak yang lain.
Ada sebuah kepercayaan bahwa apabila orang yang meninggal dunia akan memasuki alam sendriri. Pada masa ini, jika ada orang meninggal dunia maka akan dibekali benda-benda keperluan sehari-hari seperti perhiasan. Tujuannya adalah agar arwah yang meninggal dunia mendapatkan perjalanan yang lancar dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya.
Berkaitan erat dengan kepercayaan, maka pada masa bercocok tanam muncul tradisi pendirian bangunan-bangunan besar yang terbuat dari batu yang disebut tradisi megalitik. Tradisi ini didasari oleh kepercayaan bahwa ada hubungan yang erat antara orang yang sudah meninggal dengan kesejahteraan masyarakat dan kesuburan ketika bercocok tanam.
Oleh sebab itu, jasa seseorang yang berpengaruh terhadap masyarakat perlu diabadikan dalam sebuah monumen yang terbuat dari batu. Bangunan ini kemudian menjadi lambang orang yang meninggal dunia sekaligus tempat penghormatan serta media persembahan dari orang yang masih hidup ke orang yang sudah meninggal dunia. Bangunan megalitik tersebut antara lain, dolmen, menhir, waruga, sarkofagus, dan punden berundak.
3. Masa Kehidupan Perundagian
Pada masa ini diperkirakan satu zaman dengan masa perunggu. Pada zaman ini peradaban manusia sudah mencapai tingkat yang tinggi. Hal ini ditandai munculnya sekelompok orang yang memiliki keahlian tertentu dalam pembuatan gerabah, pembuatan perhiasan serta pembuatan perahu. Yang paling menonjol adalah pembuatan bahan-bahan dari logam.
Dengan munculnya masa perundagian, maka secara umum berakhirlah masa praaksara di Indonesia walaupun dalam kenyataannya ada beberapa daerah di pedalaman yang masih berada di zaman batu. Kegiatan berladang mulai berganti ke persawahan. Kegiatan persawahan memungkinkan adanya pengaturan masa bercocok tanam, sehingga mereka tidak hanya bergantung pada kondisi iklim dan cuaca namun juga berpikir kapan waktu yang tepat untuk bercocok tanam dan waktu yang tepat untuk beternak.
Kondisi geografis inilah yang perlu dicermati agar mereka tidak gagal panen. Mereka belajar ilmu alam dan dari alam mereka mengetahui arah angin, berlayar antar pulau, mencari penghasilan di laut dan melakukan perdagangan antar wilayah.
a. Kehidupan ekonomi
Masyarakat pada masa perundagian telah mampu mengatur kehidupan ekonominya dan mampu berpikir bagaimana memenuhi kehidupan mereka di masa yang akan datang. Hasil panen pertanian disimpan untuk masa kering dan diperdagangkan ke daerah lain. Masyarakat juga sudah mengembangkan kuda dan berbagai jenis unggas.
Bahkan jenis hewan tertentu digunakan untuk membantu dalam bercocok tanam dan perdagangan. Kemampuan produksi, konsumsi, dan distribusi menopang kesejahteraan hidup mereka. Seiring dengan kemajuan teknologi, maka memungkinkan mereka melakukan perdagangan yang lebih luas jangkauannya.
Walau masih bersifat barter namun setidaknya hal ini menambah nilai ekonomis yang tinggi karena beragamnya barang-barang yang ditukarkan. Bukti perdagangan antar pulau pada masa perundagian adalah ditemukannya nekara di Selayar dan Kepulauan Kei yang dihiasi gambar-gambar binatang seperti gajah, merak, dan harimau.
b. Kehidupan sosial
Pada masa perundagian kehidupan masyarakat yang sudah menetap mengalami perkembangan dan hal ini mendorong masyarakat untuk keteraturan hidup. Aturan hidup bisa terlaksana dengan baik karena adanya seorang pemimpin yang mereka pilih atas dasar musyawarah. Pemilihan pemimpin dipilih dengan kriteria yang bisa melakukan hubungan dengan roh-roh atau arwah nenek moyang untuk keselamatan desa setempat serta keahlian-keahlian lain.
Dalam kehidupan yang sudah teratur ini, berburu hewan seperti singa, harimau merupakan prestige jika bisa melakukannya. Perburuan tersebut selain sebagai mata pencaharian juga untuk meningkatkan strata sosial, artinya jika mereka bisa menaklukan harimau maka mereka telah menunjukkan tingkat keberanian tinggi dan gagah dalam suatu lingkungan masyarakat.
Kehidupan masyarakat pada masa ini telah menunjukkan solidaritas yang kuat. Pada masa ini sudah ada kepemimpinan dan pemujaan terhadap sesuatu yang suci di luar diri manusia yang tidak mungkin disaingi serta berada di luar batas kemampuan manusia. Sistem kemasyarakatan terus mengalami perkembangan khususnya pada zaman perunggu.
Hal tersebut karena pada masa ini masyarakat lebih kompleks dan terbagi menjadi kelompok-kelompok sesuai dengan keahliannya. Ada kelompok petani, kelompok pedagang, kelompok undagi. Masing-masing kelompok memiliki aturan tersendiri dan adanya aturan yang umum yang menjamin keharmonisan hubungan masing-masing kelompok. Aturan yang umum dibuat atas dasar musyawarah mufakat dalam kehidupan yang demokratis.
c. Kehidupan budaya
Pada masa perundagian seni ukir mengalami perkembangan yang pesat. Ukiran diterapkan pada benda-benda nekara perunggu. Seni hias pada benda-benda perunggu sudah membentuk pola-pola geometris sebagai pola hias utama. Hal ini terlihat dari temuan di Watuweti yang menggambarkan kapak perunggu, perahu dan melukis unsur-unsur dalam kehidupan yang dianggap penting.
Pahatan-pahatan yang ada di perunggu dan batu menggambarkan orang atau hewan yang menghasilkan bentuk bergaya dinamis dan memperlihatkan gerak. Teknologi pembuatan benda-benda logam (khusus perunggu) kemudian mengalami perkembangan yang sangat pesat, di samping membuat perkakas untuk keperluan sehari-hari seperti kapak, corong, dan lain-lain.
C. Sistem Kepercayaan Manusia Zaman Praaksara
Lukisan tersebut menggambarkan kendaraan yang akan mengantarkan roh nenek moyang ke alam baka. Hal ini membuktikan bahwa pada masa tersebut sudah mempercayai adanya roh. Seiring dengan perkembangan kemampuan berpikir, manusia mulai merenungkan kekuatan-kekuatan lain di luar dirinya. Oleh karena itu, muncul berbagai sistem kepercayaan yang diyakini oleh manusia praaksara yaitu animise, dinamisme, dan totemisme.
1. Animisme
Kata “animisme” berasal dari bahasa Latin “anima” yang berarti roh. Seperti dalam buku Sejarah Asia Tenggara (2013) karya M.C Ricklefs animism adlah sistem kepercayaan yang memuja roh nenek moyang atau makhluk halus. Karakteristik manusia praaksara yang mengaut kepercayaan ini adalah mereka yang selalu memohon perlindungan dan permintaan sesuatu kepada roh nenek moyang seperti meminta kesehatan, keselamatan, dan lain-lain.
2. Dinamisme
Kata “dinamisme” berasal dari bahasa Inggris “dynamic” yang berarti daya, kekuatan, dinamis. Dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda-benda tertentu yang dianggap memiliki kekuatan supranatural seperti pohon dan batu besar.
Unsur dinamisme lahir dari ketergantungan manusia terhadap kekuatan lain yang berada di luar dirinya. Manusia pada zaman praaksara ini memiliki banyak keterbatasan sehingga mereka membutuhkan pertolongan dari benda-benda yang dianggap mampu memberi keselamatan.
3. Totemisme
Totemisme adalah sistem kepercayaan yang menganggap bahwa binatang atau tumbuhan tertentu memiliki kekuatan supranatural untuk memberikan keselamatan atau malapetaka kepada penganutnya. Manusia zaman praaksara yang menganut kepercayaan totemisme cenderung mengeramatkan binatang atau tumbuhan tertentu, sehingga mereka tidak diperbolehkan mengkonsumsi binatang atau tumbuhan tersebut.
Sobat Gramedia, dengan mempelajari corak hidup manusia zaman praaksara, kita menjadi tahu bahwa manusia mengalami proses berpikir yang terus berkembang dan tentu semua itu muncul atas dasar rasionalitas manusia dalam merespon fenomena yang terjadi. Nah, itulah penjelasan tentang corak hidup manusia zaman prakasara yang menjadi latar belakang kebiasaan manusia hingga saat ini.
Komentar
Posting Komentar