Kerajaan Hindu Buddha
A. Kerajaan
Kutai
Kutai Martapura adalah
kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang
memiliki bukti sejarah tertua. Berdiri sekitar abad ke-4.
Pusat Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam. Sumber sejarah yang menunjukan
adanya Kerajaan Kutai adalah ditemukannya prasasti berbentuk Yupa (tugu
peringatan upacara kurban).
1. Sistem
Pemerintahan
Letak geografis Kerajaan Kutai yang berada
menjorok ke daerah pedalaman, menyebabkan Kutai menjadi tempat yang menarik
sebagai persinggahan bagi para pedagang dari Cina dan India.
Kerajaan kutai adalah kerajaan tertua di
Indonesia. Kerajaan ini terletak ditepi sungai Mahakam di Muarakaman,
Kalimantan Timur, dekat kota Tenggarong. Hal inilah yang menyebabkan pengaruh
Hindu masuk ke Kutai, serta membuat kegiatan perdagangan menjadi bagian dari
kehidupan masyarakat Kutai
Sistem pemerintahan Kerajaan Kutai adalah menganut Kerajaan,
dimana seorang raja memimpin penuh masyarakatnya. Kekuasaan tersebut akan turun
temurun kepada penurusnya.
Raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Kutai
a. Maharaja Kudungga
Kudungga merupakan
raja pertama kerajaan kutai. Para ahli sejarah menafsirkan bahwa nama Maharaja
Kudungga merupakan nama asli orang Indonesia yang belum terpengaruh dengan
budaya India. Pada awalnya, Raja Kudungga berkedudukan sebagai kepala suku,
dengan masuknya pengaruh agama Hindu, ia mengubah stuktur pemerintahannya
menjadi kerajaan dan menggakat dirinya sebagau raja sehingga kedudukan raja
akan dilakukan secara turun menurun.
b. Maharaja Aswawarman
Aswawarman
merupakan anak dari Raja Kudungga. Diketahui pula bahwa Aswawarman merupakan
pendiri dinasti kerajaan Kutar yang diberi gelar Wangsakerta yang berarti
pembentuk keluarga. Dalam prasasti yupa dikatakan bahwa Raja Aswawarman
merupakan raja yang cakap dan kuat. Pada masa pemerintahanya, wilayah kekuasaan
Kutai semakin diperluas. Hal tersebut terbukti dengan dilakukannya Upacara
Asmawedha. Upacara tersebut merupakan upacara yang pernah dilakukan di India
pada masa pemerintahan Raja Samudragupta saat ingin memperluas wilayah
kekuasaannya. Upacara Asmawedha yaitu upacara pelepasan kuda dengan tujuan
menentukan batas kekuasaan Kerajaan Kutai. Penentuan batas tersebut dilihat
dari tapak kaki kuda yang nampak di tanah hingga tapak terakhir berada maka
disitu batas kekuasaannya.
c. Maharaja Mulawarman
Mulawarman
merupakan anak dari Raja Aswawarman. Raja Mulawarman merupakan raja terbesar di
Kerajaan Kutai. Pada masa pemerintahan Raja Mulawarman, Kerajaan Kutai mencapai
masa kejayaannya, rakyat hidup aman dan sejahtera hingga Raja Mulawarman
mengadakan upacara kurban emas.
2. Sistem
Perekonomi
Kerajaan Kutai, secara
geografis berada pada jalur perdagangan antara Cina dan India. Kerajaan Kutai
menjadi tempat yang paling menarik yang disinggahi para pedagang. Hal tersebut
membuktikan saat itu, selain pertanian, kegiatan perdagangan sudah menjadi
bagian dari kehidupan masyarakat Kutai. Keterangan tertulis yang terdapat pada prasasti tersebut
mengatakan bahwa Raja Mulawarman pernah memberikan hartanya berupa minyak dan
20.000 ekor sapi kepada Brahmana. Diperkirakan bahwa pertanian dan peternakan
sudah menjadi mata pencaharian utama masyarakat Kutai.
Selain itu, letak dari kerjaan
ini di sekitar Sungai Mahakam yang digunakan sebagai jalur transportasi laut,
sehingga perdagangan masyarakat Kutai berjalan cukup ramai. Bagi pedagang dari
luar kutai yang ingin berjualan di Kutai, mereka harus memberikan “hadiah”
kepada raja sebagai izin berdagang. Biasanya, pemberian “hadiah” ini berupa
barang dagangan yang harganya cukup mahal dan pemberian ini dianggap sebagai
pajak kepada pihak Kerajaan.
3.
Sistem Sosial dan Budaya
Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa Kerajaan Kutai kebanyakan memluk agama hindu, sehingga mereka
sudah mendapat pengaruh agama Hindu. Sehingga, kehidupan agamanya sudah lebih
maju. Contohnya, terdapat pelaksanaan upacara pemberkatan seseorang yang
memeluk agama Hindu yang disebut dengan Vratyastoma. Upacara
tersebut dilaksanakan sejak pemerintahan Aswawarman yang dipimpin oleh para
pendeta dari India.
Adapun masa pemerintahan Mulawarman, baru upacara tersebut
dipimpin oleh kaum brahmana dari Indonesia. Sehingga, bisa disimpulkan bahwa
kaum brahmana dari Indonesia ternyata juga memiliki tingkat intelektual yang
tinggi yang mampu menguasai bahasa Sanskerta. Bahasa sansakerta ini merupakan
bahasa resmi kaum brahmana untuk masalah keagamaan.
Pengaruh masuknya budaya India ke Nusantara ini menyebabkan budaya
Indonesia ini mengalami perubahan. Perubahan yang paling penting yaitu
timbulnya suatu sistem pemerintahan dengan kepalanya yaitu raja. Awalnya,
sebelum budaya India masuk, pemerintahan hanya dipimpin oleh seorang kepala
suku.
Selain itu, budaya lainnya adalah kehidupan nenek moyang bangsa
Indonesia dengan mendirikan tugu batu. Artinya, bangsa Indonesia berusaha
mencari dan menyesuaikan unsur-unsur kebudayaan asing dengan kebudayaan asli
Indonesia sendiri.
https://www.pelajaran.co.id/2019/07/kerajaan-kutai.html
![]() |
Link: kerajaan kutai |
link : Peninggalan Kerajaan Kutai
B. Kerajaan
Tarumanegara
Kerajaan
Tarumanegara atau Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah
pulau Jawa bagian barat pada abad ke-4 hingga abad ke-7 m, yang merupakan salah
satu kerajaan tertua di nusantara yang diketahui. Dalam catatan, kerajaan
Tarumanegara adalah kerajaan Hindu beraliran wisnu. Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh
raja diraja Guru Jayasingawarman pada tahun 358, Kerajaan ini
didirikan di tepi sungai Citarum, Kabupaten Lebak, Banten. Nama Tarumanegara
sendiri diambil dari nama tanaman yang tumbuh subur di tepi sungai Citarum
bernama tarum.
Peta Kerajaan Tarumanegara
1.
Sistem Pemerintahan
Sistem Pemerintahan kerajaan Tarumanegara adalah Monarki Absolute atau kekuasaan tertinggi
terdapat pada pemimpin kerajaan.
Raja raja yang pernah
memimpin Kerajaan Tarumanegara
a.
Raja pertama Kerajaan Tarumanegara adalah Jayasinghawarman yang
memerintah dari tahun 358 – 382 M sekaligus pendiri Kerajaan Tarumanegara. Jayasinghawarman
merupakan seorang maha resi yang berasal dari India, tepatnya adalah
Salankayana.
b.
Dharmayawarma
Raja selanjutnya adalah Dharmayawarma yang merupakan anak dari
Jayasinghawarman. Beliau naik tahta menggantikan ayahnya pada tahun 382 M – 395
M. Tidak banyak sejarah yang mencatatkan dari raja kedua Kerajaan Tarumanegara
ini. Hanya saja, namanya masuk dalam Naskah Wangsakerta, yakni naskah yang
memuat para raja – raja Kerajaan Tarumanegara.
c.
Purnawarma menjadi raja terkenal di Kerajaan Tarumanegara. Namanya
tertulis pada Prasasti di abad ke lima. Selain itu, namanya juga tercatat dalam
Naskah Wangsakerta. Beliau memerintah dari tahun 395 M hingga 434 M. Pada masa
pemerintahannya, ibukota Kerajaan Tarumanegara dipindahkan menuju Sundapura.
Hal inilah yang menjadi asal muasal nama Sunda. Pada masa kekuasaan Purnawarman, Kerajaan Tarumanegara juga
mengalami kemajuan yang sangat pesat. Bahkan, Kerajaan Tarumanegara berhasil
menguasai setidaknya 48 kerajaan kecil di bawahnya.
Kekuasaaan Kerajaan Tarumanegara membentang dari
Salakanegara atau Rajapura, yang saat ini diperkirakan adalah Telu Lada,
Pandeglang hingga Purbalingga, Jawa Tengah. Pada jaman
dulu batas negara dari Kerajaan Tarumanegara adalah Kali Brebes.
d.
Raja Suryawarman merupakan raja ke tujuh Kerajaan Tarumanegara.
Suryawarman berkuasa selama 26 tahun. Dibandingkan dengan ayahnya Maharaja
Candrawarman, kebijakan dari Suryawarman berbeda. Bila Maharaja Candrawarman
kekuasan penuh berada pada raja. Namun, Suryawarman lebih memfokuskan pemerintahan
pada bagian timur kerajaan.
2. Sistem perekonomian
Prasasti tugu menyatakan bahwa raja
Purnawarman memerintahkan rakyatnya untuk membangun saluran air di Sungai
Gomati sepanjang 6122 tombak atau sekitar 12 km. Pembangunan terusan ini
mempunyai arti ekonomis yang besar bagi masyarakat, Karena dapat dipergunakan
sebagai sarana untuk mencegah banjir di saat musim penghujan. Selain itu juga
digunakan sebagai irigasi pertanian serta sarana lalu-lintas pelayaran
perdagangan antardaerah di Kerajaan Tarumanegara dengan dunia luar dan
daerah-daerah di sekitarnya.
Gambaran pendapat sejarah Kerajaan
Tarumanegara dalam kehidupan ekonomi tersebut diperkuat pula oleh berita dari
Fa-Hien. Pedagang China tersebut menyebut dalam buku catatannya jika dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya, masyarakat Kerajaan Tarumanegara bekerja sebagai
petani, peternak, dan pemburu binatang. Selain itu, perdagangan juga menjadi
sektor penting dalam kehidupan ekonomi Kerajaan Tarumanegara. Perdagangan cula
badak, perak, dan kulit penyu telah dilakukan pada masa itu.
3. Sistem Sosial dan Budaya
Kehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara
sudah teratur rapi, hal ini terlihat dari upaya raja Purnawarman yang terus
berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyatnya. Raja Purnawarman
juga sangat memperhatikan kedudukan kaum brahmana yang dianggap penting dalam
melaksanakan setiap upacara korban yang dilaksanakan di kerajaan sebagai tanda
penghormatan kepada para dewa.
Dilihat dari teknik dan cara penulisan
huruf-huruf dari prasasti-prasasti yang ditemukan sebagai bukti kebesaran
Kerajaan Tarumanegara, dapat diketahui bahwa tingkat kebudayaan masyarakat pada
saat itu sudah tinggi. Selain sebagai peninggalan budaya, keberadaan
prasasti-prasasti tersebut menunjukkan telah berkembangnya kebudayaan tulis
menulis di kerajaan Tarumanegara.
Menurut
Fa-Hien, rakyat Tarumanegara yang memeluk agama Hindu dan Buddha jumlahnya
masih sedikit, hanya terbatas pada lingkungan kerajaan, kaum bangsawan, dan
para pedagang. Sedangkan besar di antara meraka masih memeluk kepercayaan
warisan dari nenek moyang.
4.
Runtuhnya Kerajaan Tarumanegara
Runtuhnya kerajaan
Tarumanegara tidak diketahui secara lengkap, karena prasasti yang ditemukan
sebagian hanya menyampaikan berita saat pemerintahan raja Purnawarman dan
sisanya belum dapat ditafsirkan secara lengkap. Tarumanagara sendiri hanya
mengalami masa pemerintahan 12 orang raja. Pada tahun 669 M, Linggawarman, raja
Tarumanagara terakhir, digantikan menantunya, Tarusbawa. Linggawarman sendiri
mempunyai dua orang puteri, yang sulung bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa
dari Sunda dan yang kedua bernama Sobakancana menjadi isteri Dapuntahyang Sri
Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya. Secara otomatis, tahta kekuasaan
Tarumanagara jatuh kepada menantunya dari putri sulungnya, yaitu Tarusbawa.
Kekuasaan Tarumanagara
berakhir dengan beralihnya tahta kepada Tarusbawa, karena Tarusbawa pribadi
lebih menginginkan untuk kembali ke kerajaannya sendiri, yaitu Sunda yang
sebelumnya berada dalam kekuasaan Tarumanagara. Atas pengalihan kekuasaan ke
Sunda ini, hanya Galuh yang tidak sepakat dan memutuskan untuk berpisah dari
Sunda yang mewarisi wilayah Tarumanagara.
https://liya2000.blogspot.co.id/2017/02/makalah-kerajaan-kutai-dan-tarumanegara_82.html
http://fickyfebryadi97.blogspot.co.id/2013/08/sejarah-kerajaan-kutai-dan-tarumanegara.html
![]() |
![]() |
||
Link
: Peninggalan Kerajaan Link:
Sejarah Kerajaan Tarumanegara
Tarumanegara
Komentar
Posting Komentar