sejarah sebagai ilmu, peristiwa, kisah, dan seni


                                                      Herodotus, bapak sejarah

a.       Sejarah sebagai ilmu
Sejarah sebagai ilmu mengkaji informasi dari masa lalu yang merupakan suatu hasil dari kebudayaan. Sejarah juga merupakan sebuah ilmu yang terbuka, keterbukaan itu membuat siapapun dapat mengaku sebagai sejarawan secara sah, asal hasilnya dapat dipertanggung jawabkan sebagai ilmu. Sejarah sebagai ilmu dapat berkembang dengan berbagai cara, seperti sejarah sebagai filsafat, perkembangan dalam teori sejarah, perkembangan dalam ilmu-ilmu lain, dan perkembangan dalam metode sejarah. Perkembangan dalam sejarah selalu berati bahwa sejarah selalu responsif terhadap kebutuhan masyarakat akan informasi.
 Berikut adalah sejarah dari berbagai sudut pandang :  
             1.          Sejarah sebagai filsafat
Perkembangan dalam filsafat ditunjukan ketika filsafat sejarah zaman pertengahan didominasi oleh filsafat sejarah Kristen, maka penulisan yang menonjolkan peran-peran orang suci juga tampak.
             2.          Perkembangan dalam teori sejarah
Perkembangan dalam teori sejarah ditunjukkan ketika dalam seminar sejarah I di Yogyakarta pada tahun 1957 telah dicanangkan perlunya nasionalisme dalam penulisan sejarah yaitu sejarah yang menunjukkan peran orang Indonesia (Indonesia-sentrisme) untuk menggantikan sejarah dari atas geladak kapal yang menunjukkan peran para penjajah Belanda (Neerlando-sentrisme).
             3.          Perkembangan dalam ilmu-ilmu lain
Perkembangan pada ilmu-ilmu lain juga berpengaruh pada perkembangan sejarah. Ketika sosiologi menjadikan kota sebagai bahan kajian, maka sejarah muncul dengan Sejarah. Dalam sejarah muncul Psikohistori, sejarah yang menguraikan kejiwaan tokoh-tokoh sejarah.
           4.            Perkembangan dalam metode sejarah
             Ketika dalam sejarah muncul metode kuantitatif, maka di Amerika dan Eropa mncul metode kuantitatif, karena ditempat-tempat itu sumber sejarah lama sangat mungkin untuk di kuantitatifkan.
b.      Sejarah sebagai seni
Sejarah sebagai seni dapat dilihat dari semua peninggalan berupa dokumen ataupun benda yang selalu melibatkan unsur rasa dengan kata lain yaitu seni. Peninggalan berupa dokumen tertulis selalu memiliki unsur sastra. Demikian juga peninggalan yang berupa artefak dalam wujud benda-benda hasil karya manusia yang tak pernah lepas dari gaya maupun ragam hias yang menyertai fungsi dari benda tersebut.
Historiografi dalam penyajiannya selalu terkandung sebjektivitas. Bagaimana subjektivitas itu tetap bisa diterima tentunya memerlukan seni tersendiri. Ada alur cerita yang dibangun, ada dramaturgi, dan lain sebagainya sehingga bidang kajian sejarah menjadi bidang yang menarik tetapi tetap bersumber pada fakta-fakta sejarah.  

B.    Syarat Sejarah Sebagai Ilmu Dan Seni
       Dalam perkembangannya, sampai dengan abad ke-19 ilmu dan seni tidak dapat dipisahkan. Pada tahun 1933 Charles A. Beard dalam pidatonya berjudul “written history as an act of faith”, mengatakan bahwa sejarah dan seni saling mengisi. Sejarah mempunyai metode ilmiah yang hasilnya merupakan rangakaian sekian banyak kata yang diverifikasi.
a.       Sejarah sebagai ilmu memiliki khas yaitu :
             1.          Bersifat Empiris
Ilmu sejarah termasuk ilmu empiris yang artinya pengalaman manusia sangat penting. Pengalaman tersebut direkam dalam dokumen dan dari situlah akan ditemukan fakta. Selanjutnya fakta-fakta tersebut diinterpretasikan yang kemudian muncul cerita sejarah.
Sejarah dengan ilmu alam memiliki kesamaan, yaitu keduanya berdasarkan pengamatan dan pengalaman. Bedanya pengalaman sejarah hanya sekali sedangkan ilmu alam dapat diulang sesuai keinginan. Misalnya dalam sejarah, lahirnya orde reformasi hanya sekali dan tidak dapat terulang kembali serta yang tinggal hanya dokumennya saja. Sejarah memiliki fakta sosial dan politik, sedangkan ilmu alam mempunyai fakta alam. Objeknya pun berbeda, pada sejarah objeknya adalah manusia sedangkan ilmu alam pada benda-benda.  
           2.            Mempunyai objek
Objek sejarah yaitu perubahan atau perkembangan aktivitas manusia dalam dimensi waktu (masa lampau). Waktu merupakan unsur penting dalam sejarah. Waktu dalam hal ini adalah waktu lampau sehingga asal mula maupun latar belakang menjadi pembahasan utama dalam kajian sejarah.
           3.            Mempunyai Teori
Teori dalam sejarah ini dimaksud kumpulan tentang kaidah pokok suatu ilmu. Dalam filsafat, teori disebut epistemologi. Teori merupakan pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa. Teori dalam sejarah berisi satu kumpulan tentang kaidah-kaidah pokok suatu ilmu. Teori tersebut diajarkan berdasarkan keperluan peradaban. Rekonstruksi sejarah yang dilakukan mengenal adanya teori yang berkaitan dengan sebab akibat, eksplanasi, objektivitas, dan subjektivitas.
           4.            Mempunyai generalisasi
Generalisasi biasanya menjadi kesimpulan umum. Begitu juga sejarah ada kesimpulan umum. Tetapi, kesimpulan untuk ilmu-ilmu lain bersifat nomotetis, sementara sejarah bersifat idiografis. Kesimpulan umum suatu ilmu (bukan sejarah) biasanya diakui kebenarannya di mana-mana (kebenaran umum). Tetapi kesimpulan sejarah bisa menjadi koreksi kesimpulan ilmu lain. Kesimpulan umum dalam sejarah lebih mendekati pola-pola atau kecenderungan dari suatu peristiwa sehingga dari kecenderungan bisa dilihat bagaimana di tempat lain atau bagaimana yang akan datang. Misalnya, menurut pemerintahan Belanda, revolusi Indonesia dilakukan oleh kaum ekstremis, tetapi kenyataannya dilakukan oleh pemuda.
           5.            Mempunyai metode
Sejarah memiliki metode dalam melakukan penelitian. Metode dalam ilmu sejarah diperlukan untuk menjelaskan perkembangan atau perubahan secara benar. Dalam sejarah dikenal metode sejarah guna mencari kebenaran sejarah. Sehingga seorang sejarawan harus lebih berhati-hati dalam menarik kesimpulan.
c.       Sejarah sebagai seni memerlukan :
           1.            Instuisi
Dalam melakukan pekerjaannya, seorang sejarawan tidak cukup menggunakan metode dan rasionalitas saja, tetapi juga memerlukan intuisi yang berlangsung secara naluriah atau instinktif. Sejarawan akan merenung beberapa waktu dengan harapan dapat mendapat instuisi atau ilham yang nantinya dapat melancarkan kerjanya.
           2.            Imajinasi
Pada dasarnya, sejarah merupakan kisah nyata bukan fiksi. Namun dalam penulisannya, sejawan harus mampu membayangkan bagaimana proses sejarah itu terjadi. Kebenaran objektivitas dan faktual sejarah tetap menjadi landasan kerja bagi seorang sejarawan.
           3.            Emosi
Penulisan tentang sejarah harus mampu menghadirkan objek ceritanya kepada pembaca atau pendengarnya seolah-olah mereka berhadapan sendiri dengan tokoh yang diceritakan. Sejarawan memerlukan emosi atau empati untuk dekat dengan objek penelitiannya. Dalam hal ini, sejarawan harus menghindari emosi yang berlebihan karena sejarah tetap berpegang pada fakta.
           4.            Gaya Bahasa
Penulisan gaya bahasa memiliki peranan yang penting dalam mengkomunikasikan kisah atau cerita sejarah. Hasil penulisan sejarah tersebut menarik atau tidaknya cerita sejarah banyak bergantung pada gaya penyampaiannya.

C.     Pandangan Para Pakar Sejarah Sebagai Ilmu dan Seni
Beberapa pakar sejarah berpendapat tentang bagaimana mereka mengungkapkan pendapat mereka mengenai sejarah sebagai ilmu dan seni
Berikut ini sejarah sebagai ilmu dan seni :
a.       Sejarah dikategorikan sebagai ilmu karena dalam sejarah juga memiliki “batang tubuh keilmuan” (the body knowledge),metodelogi yang spesifik.Sejarah juga memiliki struktur keilmuan sendiri,baik dalam ; fakta,konsep maupun generalisasi (Banks,1977:211-219;Sjamsuddin,1996: 7-9).
b.   Ismaun menyatakan bahwa sejarah sebagai ilmu adalah suatu susunan pengetahuan (a body of knowledge) tentang peristiwa dan cerita yang terjadi di dalam masyarakat manusia pada masa lampau yang disusun secara sistematis dan metodis berdasarkan asas-asas, prosedur, dan metode serta teknik ilmiah yang diakui oleh para sejarawan. Sejarah sebagai ilmu mempelajari sejarah sebagai aktualitas dan mengadakan penelitian serta pengkajian tentang peristiwa dan cerita sejarah. Sejarah sebagai ilmu ialah suatu disiplin, cabang pengetahuan tentang masa lalu, yang berusaha menuturkan dan mewariskan pengetahuan mengenai masa lalu suatu masyarakat tertentu.
c.    Sejarah sebagai ilmu mempelajari kenyataan dan mengadakan penelitian serta pengkajian tentang peristiwa dan cerita sejarah.Inilah konsep terpenting dalam sejarah .Sebagai ilmu, sejarah merupakan susunan pengetahuan tentang peristiwa dan cerita yang terjadi di dalam masyarakat pada masa lampau yang disusun secara sistematikdan metodis berdasarkan asas-asas ,prosedur, dan metode secara teknik ilmiah yang di akui oleh pakar sejarah (Sardiman,2007:6-7).

 d.   Tokoh penganjur sejarah sebagai seni adalah George Macauly Travelyan. Menurut Travelyan        menulis sebuah kisah peristiwa sejarah tidaklah mudah karena memerlukan imajinasi dan seni. Dalam seni dibutuhkan intuisi, emosi, dan gaya bahasa. Sejarah dapat juga dilihat sebagai seni. Seperti halnya seni, sejarah juga membutuhkan intuisi, imajinasi, emosi, dan gaya bahasa..

DAPTAR PUSTAKA

Pranoto, Suhartono W. 2014. Teori dan Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Graha Ilmu. 

ro  Prof.DR.Kuntowijoyo. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: PT Bentang Pustaka.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Corak kehidupan Masyarakat Masa Praaksara

asal usul nenek monyang bangsa Indonesia