Manusia Purba
MANUSIA PURBA
Dari Pitbecanthropus erectus ke Homo erectus Temuan fosil Pithecanthropus erectus oleh Dubois telah dipublikasikan sejak tahun 1894 dalam berbagai majalah ilmiah. Dia menyatakan bahwa, menurut teori evolusi, Pithecanthropus erectus -bentuk peralihan antara manusia dan kera merupakan moyang manusia Masyarakat ilmiah pun kemudian menjadi skeptis : atap tengkorak dengan volume otak yang kecil, gigi-geligi berukuran besar, dan tulang paha yang berciri modern, apakah berasal dari satu individu? Sementara orang menduga bahwa tengkorak tersebut merupakan tengkorak seekor gibon, gigi-geligi merupakan milik Pongo sp(orang utan)., dan tulang pahanya milik manusia modern. Lima puluh tahun kemudian terbukti bahwa gigi-geligi tersebut memang berasal dari gigi Pongo sp. Berdasarkan ciri-cirinya yang berukuran besar, akar gigi yang kuat dan terbuka, dentikulasi (kenyataan yang sebenernya) yang tidak individual, dan permukaan oklusal (pertemuan antara gigi atas dan bawah) yang sangat berkerut-kerut ( de Terra, 1943).
Dubois telah menemukan fosil missing link, Bolk telah menemukan modalitas evolusi dengan menafsirkan bahwa peralihan dari kerake manusia terjadi melalui perpanjangan perkembangan foetal. Jembatan ini tersingkirkan, Dubois dan Bolk sating bertemu dalamjalur evolutif dari Haeckle yang sangat terkenal: bahwa phylogenesa dan ontogenesa sama sekali tidak dapat dipisabkan. Penemuan-penemuan bertambah gencar sejak tahun 1927 : penggalian di situs Zhoukoudian, dekat Beijing, menghasilkan sejumlah besar fosil-fosil manusia, yang diberi nama Sinanthropus pekinensis. Tengkorak-tengkorak fosil beserta tulang paha tersebut menunjukkan ciri-ciri yang sama dengan Pithecanthropus erectus.
Untuk membedakannya dengan Homo sapiens, manusia-manusia fosil itu kemudian mendapatkan nama-nama berbeda: Homo heidelbergensis dari Eropa, Homo rhodesiensis dari Afrika, Homo soloensis dari Indonesia, dan Sinanthropus pekinensis dari Cina Ernst Mayr (1950), seorang spesialis klasifikasi biologis, menyatakan bahwa standar zoologis tidak memungkinkan memisahkan Pithecanthropus erectus dan Sinanthropus pekinensis dalam genus yang berbeda dengan manusia modern. Pithecanthropus adalah suatu tahapan dalam proses evolusi ke arah Homo sapiens, dengan kapasitas tengkorak yang kecil. Oleh karenanya, perbedaan tersebut semata-mata hanya merupakan perbedaan spesies, dan bukan merupakan perbedaan genus. Dalam pandangan ini, Pithecanthropus erectus harus diletakkan dalam genus Homo, dan untuk mempertahankan nama spesies aslinya, dinamakanlah Homo erectus (Mayr, 1950; Campbell, 1965). Maka berakhirnya debat panjang mengenai Pithecanthropus dari Dubois dalam sej arah manusia yang telah berj alan puluhan tahun.
Komentar
Posting Komentar